BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ayam
Pedaging (Broiler) adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur 5 sampai
6 minggu. Ayam broiler juga memiliki bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan
yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dan timbunan daging yang baik dan
banyak (Rasyaf, 2012). Sedangkan
menurut Siregar (2005) menyebut ayam broiler adalah ayam muda yang berumur
kurang dari 8 minggu, daging lembut, empuk, dan gurih dengan bobot hidup
berkisar antara 1,5-2,0 kg per ekor.
Peluang pengembangan ayam broiler
cukup besar dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan masyarakat. Data menunjukan
konsumsi daging ayam broiler dari tahun2011-2015 terus mengalami peningkatan. Produksi dan konsumsi
ayam broiler dari tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsumsi dan Produksi
Ayam Broiler di Kota Kupang
No.
|
Tahun
|
Konsumsi Ayam Broiler
(Ekor)
|
Produksi Ayam Broiler (Kg)
|
1
|
2011
|
144.186
|
-
|
2
|
2012
|
144.256
|
-
|
3
|
2013
|
144.241
|
-
|
4
|
2014
|
144.226
|
145.023
|
5
|
2015
|
145.075
|
3.210.747
|
Sumber: Data BPS Kota Kupang (2018).
Berdasarakan hasil survey usaha
pemeliharaan ayam broiler di Kota Kupang telah lama dilaksanakan baik dalam
skala rumah tangga yang pemeliharaannya berkisar antara 200-500 ekor per bulan. Disamping itu ada juga
pemeliharaan yang bekerja sama dengan pihak mitra yaitu berkisar dari 1000-3000
ekor per periode. Hasil survey harga jual ayam broiler ditingkat peternak di Daerah
Penfui, Oesapa,
dan Oeba berkisar antara Rp 16.000 - Rp 20.000 per kg, bahkan meningkat
sampai Rp 30.000 per kg pada hari raya
keagamaan.
Hasil
analisis SWOT dapat disimpulkan beberapa
startegi yang dapat diterapkan dalam usaha ini, yaitu: 1) mempertahankan kualitas produk
dengan melakukan manajemen pemeliharaan dalam setiap fase; 2) menerapkan
kebijakan harga yang bersaing dengan
harga pesaing; 3) menerapkan sistem
pengawasan ekstra yang dalam setiap fase
pemeliharaan; 4)
meningkatkan pengembangan
sumber daya manusia; 5)
membina hubungan baik
dengan pengecer, dengan pelayanan yang ramah serta adanya diskon padapembelian
tertentu; 6)
melakukan strategi
promosi yang dapat meningkatkan penjualan, misalnya penyebaran produk melalui
media sosial; dan 7) melakukan hubungan kerja sama yang baik antar sesama pengusaha.
Berdasarkan uraian
di atas, maka Penulis berminat untuk melakukan usaha pemeliharaan dan
pemasaran ayam broiler.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan
dari rencana usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler ini, yaitu:
1.
Mahasiswa mampu menyusun rencana usaha pemeliharaan dan
pemasaran ayam broiler.
2.
Mahasiswa mampu menganalisa biaya usaha pemasaran ayam
broiler.
2.3.
Manfaat
Adapun
manfaat dari penyusunan rencana usaha ini adalah:
1.
Sebagai bahan
pembelajaran dalam penyusunan rencana usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler.
2.
Sebagai pedoman
dalam pelaksanaaan Tugas Akhir
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Karakteristik Ayam Broiler
Ayam broiler
atau disebut juga ayam ras pedaging adalah jenis ras unggulan hasil persilangan
dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktifitas tinggi, terutama dalam
memproduksi ayam broiler. Broiler adalah ayam jantan atau betina berwarna putih
yang umumnya dipanen pada umur 5 sampai 6 minggu dengan tujuan sebagai
penghasil daging terbaik (Rasyaf, 2012). Ayam broiler merupakan ayam hasil rekayasa genetika yang memiliki
karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging,
temperamen tenang serta konversi pakan yang
efisien (Murtidjo, 1987). Ayam broiler merupakan
bagian dari pertanian secara umum dan merupakan benda waktu produksi maka
perputaran modal akan menjadi lebih cepat (Rasyaf, 2002).
2.2. Persiapan Sarana dan Prasarana
2.2.1. Sarana
Rasyaf (2002) menyatakan usaha
pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler dalam
prosesnya membutuhkan suatu manajemen yang baik sehingga peternak bisa
terhindar dari resiko kegagalan dalam bisnis.
1. Lokasi
Kandang
Berikut beberapa poin yang biasa dijadikan sebagai
penuntun praktis dalam menentukkan lokasi peternakan.
a. Lokasi
kandang peternakan ayam
pedaging sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan, atau
dipilih tempat yang sunyi. Selain disukai oleh ayam, lokasi dengan kondisi
demikian juga tidak mengganggu pemukiman penduduk. Untuk itulah di beberapa daerah sudah ada peraturan daerah (perda) mengenai hal
ini agar tidak terjadi konflik dikemudian hari. Hal ini karena seperti
kebanyakan unggas lainnya. Ayam juga menghendaki suasana yang tenang agar tidak
mudah terkejut dan stres.
b. Lokasi
peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi
pemasaran. Perlu diketahui bahwa ayam broiler yang masih muda sangat peka/tidak
tahan terhadap beban transportasi yang berat.
c. Lokasi
yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari
penggusuran
2. Kapasitas Kandang
Kapasitas kandang yang ideal
untuk daerah tropis adalah 8-10 ekor/
dengan tinggi kandang kandang 2,25-2,5 m. Apabila
lebih dari angka tersebut, suhu kandang akan cepat meningkat terutama pada
siang hari, sehingga berakibat pada konsumsi pakan ayam menurun, ayam cenderung
banyak minum, stres, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit,
kondisi ini terjadi terutama pada ayam ras pedaging dewasa. Pada umur 0-1
minggu populasi ayam mencapai 40-50 ekor per m², pada umur 2 minggu populasi
ayam berkurang menjadi 20-25 ekor per m² dan umur ayam lebih dari 2 minggu
populasi ayam adalah 8-12 ekor per m².

3. Bentuk Kandang
Pemilihan model kandang disesuaikan dengan umur
ayam, umur 0-2 minggu atau 1 bulan memakai kandang indukan, untuk ayam remaja
dengan umur 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang indukan yang
dibesarkan dan untuk ayam dewasa. Ada beberapa tipe kandang ayam broiler anatar
lain: 1) tipe panggung, tanpa
alas kandang, kotoran langsung jatuh ke tanah; 2) tipe panggung, dengan
menggunakan alas litter; dan 3) tipe
litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih
murah.
4. Bahan
Kandang
Bahan kandang disesuaikan dengan kemampuan modal usahatani, tetapi
pada prinsipnya sebaiknya berasal dari bahan yang murah tetapi kuat serta mudah
diperoleh di sekitar lokasi peternakan, misalnya atap dari daun rumbia dan
bangunan kandang dari kayu rempesan, kayu gelam atau dari bambu.
5. Dinding
kandang
Dinding kandang adalah bagian tepi atau batas dari kandang. Dinding
berfungsi sebagai pengaman dan menghalangi atau mengurung ayam yang berada di
dalamnya. Pada umumnya kandang ayam di Indonesia berdinding terbuka atau semi
terbuka, maka dinding tersebut dibuat dari bilah-bilah bambu atau kayu, kawat
kasa. Khusus dinding bagian bawah atau alas dinding setinggi 30 cm dibuat dari
batu bata yang diplester atau dari papan kayu. Dengan demikian secara fisik
bilah-bilah bambu, atau kawat kasa akan membuat cahaya dan lintasan udara dari
luar tidak banyak terhalang, sehingga ruangan kandang bisa memperoleh terang
yang merata dan keadaan udara segar dengan jarak antar bilah bambu 5 cm.
6. Suhu
udara dalam kandang
Awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga
kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk
pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Suhu atau temperatur ideal
kandang ayam broiler berkisar antara 32-35 0C. Sedangkan suhu ideal kandang
sesuai umur dapat disajikan pada Tabel 2.
Umur Ayam (Hari)
|
Suhu Ideal (0C)
|
1 – 7
|
34 – 32
|
8 – 14
|
29 – 27
|
15 – 21
|
26 – 25
|
22 – 28
|
24 – 23
|
29 – 35
|
23 – 21
|
Tabel
2. Suhu Ideal
Kandang Sesuai Umur
Sumber:
Rasyaf, M (2004).
2.2.2. Prasarana
Prasarana
produksi yang dibutuhkan dalam budidaya ayam broiler meliputi aspek-aspek
berikut:
a. Alas kandang (litter)
Alas lantai/litter
harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak
ada yang masuk walau angin kencang. Bahan Litter
kandang dapat menggunakan sekam padi atau serbuk gergaji dicampur dengan sedikit
pasir dan kapur pertanian, ketebalan litter disesuaikan dengan umur ayam yaitu
kurang lebih 3-10 cm. Pada ayam umur 2 minggu pertama tebal litter 3 cm dan
minggu selanjutnya tebal litter 5-10 cm.
b. Indukan atau brooder
Indukan atau brooder
adalah kandang khusus anak sampai umur 2 minggu dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya
seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas. Untuk
bisa mengetahui suhu indukan secara tepat perlu ada termometer yang dipasang di
dalam indukan. Akan tetapi demi praktisnya, guna mengetahui keadaan panas yang
baik ini, para peternak cukup mengawasi tingkah laku atau penyebaran anak ayam
yang berada dalam indukan. Sebab, apabila: (a) suhu dalam indukan terlalu
dingin, maka ayamakan berkumpul dan berjejal-jejal mendekati sumber pemanas; (b)
suhu indukan memadai atau dalam keadaan baik, maka ayam tadi akan tersebar merata
dan aktif mencari makan; dan (c)
suhu indukan terlalu panas, maka ayam akan menjauhi sumber pemanas dan mereka
akan mendekati, berhimpit dibagian tepi indukan.
c. Tempat pakan dan minum
Tempat pakan dan minum dapat dibeli dari toko
penyedia sarana produksi peternakan (poultry shop) atau membuat sendiri
dari bahan yang mudah diperoleh di lokasi peternakan seperti bambu, alumunium,
plastik, dan sebagainya.
Fadillah
(2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha
peternakan ayam ras pedaging adalah bibit ayam, pakan, tenaga kerja,
obat-obatan, vaksin, dan vitamin serta bahan penunjang (sekam, listrik, dan
bahan bakar, dengan rincian berikut:
1. Bibit
ayam
Ada beberapa ciri bibit ayam ras
pedaging berkualitas, yaitu : (a) anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit;
(b) berasal dari induk yang matang umur; (c) anak ayam terlihat aktif, mata
cerah dan lincah; (d) anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi; (e)
bulu cerah, tidak kusam dan penuh; (f)
anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih; (g) keadaan tubuh ayam normal;
dan (h) berat anak ayam sesuai dengan standar strain, biasanya di atas
37 g per ekor. Adapun keuntungan
yang diperoleh apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat
mortalitas dan morbiditas yang rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya
pengobatan, dan keuntungan yang diperoleh akan baik (Rasyaf, 2004).
2. Pakan
Rasyaf (2004), pakan ayam ras pedaging terdiri dari
tiga bentuk, yaitu : a) mash atau tepung, biasanya diberikan kurang dari
dua minggu; b) crumble atau butiran halus, diberikan untuk ayam ras
pedaging saat masa awal sampai masa pertumbuhan; dan c) Pellet, pakan
untuk ayam ras pedaging masa awal 2 atau 3 minggu digunakan pellet starter dan
pakan untuk ayam ras pedaging masa akhir (4 minggu) digunakan pellet
finisher. Kandungan zat makanan dalam pakan dari PT. Japfa Confeed
Indonesia bentuk BR1 dab BR2 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel
3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial
Zat Makanan
|
BR 1
|
BR 2
|
Kadar Air (Max)%
|
12
|
12
|
Protein Kasar (Min) %
|
21
|
19
|
Serat Kasar (mak) %
|
4,5
|
4,5
|
Lemak Kasar (Min) %
|
4
|
4
|
Ca (%)
|
0,9-1,1
|
0,9-1,1
|
P (%)
|
0,9
|
0,7
|
Cocciostat
|
+
|
+
|
Antibiotika
|
+
|
+
|
Sumber: PT. Japfa Konfeed Indonesia Tbk (2018).
Deskripsi pakan BR 1 yaitu; 1) Pemakaian umur 0-21
hari; 2) perkembangan seluruh organ; 3) mempercepat pertumbuhan; 4)
menghasilkan FCR terbaik; 5) tempatkan pakan diatas palet kayu yang kering,
dingin, dan berventilasi baik; dan 6) hindari pakan yang bercampur dengan bahan
baku pakan lain dengan bahan kimia. Sedangkan untuk pakan jenis BR 2 yaitu ; 1)
pemakaian umur 22 hari-panen; 2) menghasilkan FCR terbaik; 3) memacu
pertambahan bobot ayam; 4) menghasilkan karkas yang berimbang; dan 5) hindari
pakan yang bercampur dengan bahan baku lain
dan bahan kimia.
Porsi pemberian makan
dan minum ayam broiler dapat disajikan pada Tabel 4.
Tabel
4. Porsi Pemberian Pakan dan Minum pada Ayam Broiler
Umur
(Hari)
|
Kebutuhan
Pakan
Gram/Ekor/Hari
|
Kebutuhan
Air Minum
Liter/Ekor/Hari
|
|||
|
10º c
|
21º c
|
32º c
|
37º c
|
|
1-7
|
17
|
0.03
|
0.03
|
0.034
|
0.038
|
8-14
|
43
|
0.045
|
0.061
|
0.98
|
0.182
|
15-21
|
66
|
0.072
|
0.095
|
0.197
|
0.360
|
21-28
|
91
|
0.098
|
0.133
|
0.273
|
0.492
|
29-35
|
120
|
0.133
|
0.174
|
0.356
|
0.644
|
Sumber :
Fadillah (2005).
Tabel 5. Alokasi
Pemberian Ransum Sepanjang Hari bagi
Ayam Broiler yang Dipelihara di Daerah Panas
|
||||
Umur (Minggu)
|
Bobot Badan
Rata-Rata (G)
|
Kebutuhan
Ransum Per Minggu (G)
|
Jumlah (G)
Pemberian pada Jam 6.00-8.00
|
Jumlah(G)
Pemberian pada Jam 14.00-6.00
|
1
|
146
|
133
|
26.6
|
106,4
|
2
|
360
|
282
|
56,4
|
225,6
|
3
|
652
|
467
|
93,4
|
373,6
|
4
|
1025
|
673
|
134,6
|
538,4
|
5
|
1460
|
849
|
169,8
|
679,2
|
6
|
1915
|
1071
|
214,2
|
856,8
|
7
|
2362
|
1181
|
236,2
|
944,8
|
8
|
2792
|
1299
|
259,8
|
1039,2
|
Sedangkan alokasi pemberian ransum pada daerah panas dapat
disajikan pada Tabel 5.
Sumber : Rasyaf, M (2002).
3.
Konversi Pakan
Menurut
Wahyu (2004), konversi pakan atau Feed
Convertion Ransum (FCR) adalah suatu ukuran yang menyatakan ratio jumlah
pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ayam. Semakin
kecil angka FCR maka penggunaan pakan
semakin efisien untuk memperoleh bobot badan yang akan dicapai. Konversi ransum
mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun kualitas ransum. Konversi
ransum ayam yang baik berkisar dari 1,46-1,51. Hal tersebut menunjukan bahwa
penambahan sejumlah pakan dapat menghasilkan penambahan bobot ayam dengan
proporsi yang lebih besar.
Rumus
untuk menghitung FCR adalah :
FCR =

4. Obat-obatan,
Vaksin dan Vitamin
Antibiotika adalah jens obat-obatan yang merupakan
bahan kimia, dihasilkan dari bakteri, yang berfungsi mencegah datangnya
penyakit dan sebagai pemacu pertumbuhan ayam (Fadillah, 2004). Adapun cara
penggunaan obat-obatan yaitu melaui air minum, pakan dan suntikan. Abidin
(2002) menyatakan bahwa untuk lebih meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap
bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama penyakit yang disebabkan virus
perlu dilakukan vaksinasi. Vaksinasi adalah proses memasukkan bibit penyakit
yang sudah mati (disebut vaksinasi pasif) atau bibit penyakit yang sudah
dilemahkan (disebut vaksinasi aktif) ke dalam tubuh ayam, baik melalui injeksi
(suntikan), campuran air minum, maupun tetes mata. Pada peternakan ayam ras
pedaging, jenis vaksin yang sering dipakai hanya New Castle Disease (ND)
atau tetelo dan gumboro ( Fadillah, 2004). Vitamin adalah susunan kompleks zat
organik yang dibutuhkan hewan untuk pertumbuhan normal, produksi, reproduksi,
dan kesehatan. Dalam program tatalaksana pemeliharaan ayam ras pedaging
digunakan vitamin C (pada umumnya berbentuk serbuk dan cairan), yang biasanya
diberikan setelah vaksinasi dan digunakan sebagai suplemen atau bahan tambahan
pada air minum ayam (Tobing, 2004).
5. Bahan
Penunjang
Menurut Fadillah (2004), sekam berperan penting
dalam pemeliharaan ayam ras pedaging, terutama ayam yang dipelihara di dalam
kandang postal (sistem liter). Sekam
berfungsi sebagai tempat tidur, tempat istirahat, dan tempat beraktivitas ayam
serta tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam. Sekam harus selalu
dijaga agar tetap kering, tidak basah dan menggumpal.
2.3. Pemasaran
2.3.1. Pengertian
Pemasaran
Pemasaran
adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memperoleh kuntungan dari
kepuasan konsumen tersebut yang menyangkut perencanaan pengendalian terhadap
aliran barang dari produsen dan konsumen (Gitosudarmo, 2014).
2.3.2. Wilayah
Pemasaran dan Pasar Sasaran
Gitosudarmo
(2014) menyatakan bahwa wilayah pemasaran merupakan pemilihan suatu
tempat yang menjadi sasaran dalam memasarkan suatu produk. Pasar sasaran adalah
sekelompok pembeli yang mempunyai sifat-sifat yang sama yang mempunyai pasar
itu berdiri sendiri.
2.3.2. Fungsi Pemasaran
Menurut
Gitosudarmo (2014) fungsi pemasaran dibagi menjadi 3 yaitu:
1.
Fungsi Pertukaran
Dengan pemasaran pembeli dapatmembeli
produk dari produsen baik dengan menukar uang dengan produk maupun produk
dengan produk (barter) untuk dipakai sendiri atau untuk dijual kembali.
2.
Fungsi Distribusi Fisik
Distribusi suatu produk dilakukan
dengan cara mengangkut serta menyimpan produk. Produk diangkut dari produsen
mendekati kebutuhan konsumen dengan banyak cara, baik melalui air, darat dan
udara. Penyimpanan produk mengedepankan upaya menjaga pasokan produk agar tidak
kekurangan saat dibutuhkan.
3.
Fungsi Perantara
Untuk menyampaikan produk dari
tangan produsen ke konsumen dapat dilakukan melalui perantara pemasaran yang
menghubungkan aktivitas pertukaran dengan distribusi fisik. Aktivitas fungsi
pemasaran antara lain, penggunaan resiko, pembiayaan, pencarian informasi serta
standarisasi dan penggolongan (klasifikasi) produk.
2.3.3. Strategi Pemasaran
Strategi
pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli
yang ada maupun pembeli potensial (Kotler, 1997).
a.
Strategi Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
menarik perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan konsumen. Produk mencakup objek fisik, pelayanan, orang, tempat,
organisasi, dan gagasan (Kotler,1997).
b.
Strategi Harga
Harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukar oleh konsumen atas manfaat-manfaat
memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Menurut Bilson (2001),
harga memberikan dampak ekonomis dan psikologis, dimana dampak ekonomisnya
berkaitan dengan daya beli, sebab harga merupakan biaya (cost) bagi pembeli. Semakin tinggi harga, semakin sedikit produk
yang dapat dibeli
konsumen dan
semakin rendah harga, semakin banyak produk yang dapat dibeli konsumen.
c.
Strategi Promosi
Promosi adalah suatu komunikasi pemasaran,
artinya aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi
atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk
yang ditawarkan perusahaan.
d.
Strategi Distribusi
Keputusan distribusi berkaitan dengan kemudahan akses terhadap jasa bagi
para pelanggan potensial. Menurut Kotler (1997), menyatakan bahwa tempat yang menarik bagi konsumen
adalah tempat yang paling strategis, menyenangkan, dan efisien. Memilih lokasi
dekat dengan pelanggan perlu untuk mempertahankan daya saing. Selain faktor
kedekatan dengan pelanggan, faktor kenyamanan juga hendaknya
diperhatikan. Strategi distribusi ini digunakan
untuk memperlancar proses pemasaran. Distribusi yang digunakan adalah secara
langsung (produsen langsung menjual produknya kepada konsumen) dan distribusi
tidak langsung (produsen menjual produknya melalui pedagang perantara atau
pedagang pengecer).
Distribusi langsung:

Distribusi tidak
langsung:


2.4. Aspek Keuangan
2.4.1. Modal,
Penerimaan, dan Pendapatan
Pada
dasarnya terdapat 2 (dua) kelompok modal yang menjadi sumber dana bagi
perusahaan, yaitu modal asing/luar dan modal sendiri. Modal asing/luar adalah
modal yang diperoleh perusahaan dari pinjaman-pinjaman, yang akan dioperasikan
perusahaan dalam waktu tertentu saja, karena harus dikembalikan dengan disertai
bunga, sedangkan modal
sendiri adalah modal
yang dimasukan oleh para pemilik perusahaan, yang seterusnya akan dioperasikan
perusahaan selama masih berjalan (Pracoyo 2006).Modal usaha
pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler
adalah modal milik sendiri. Modal tersebut selanjutnya dipergunakan untuk
membiayai usaha pemeliharaan dan pemasaran
ayam broiler,
meliputi:
1.
Biaya
Tetap
Menurut Pracoyo (2006) biaya
tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang sifatnya tetap,
dalam rangka operasional perusahaan dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah
produksi yang dihasilkan. Biaya ini timbul pada saat perusahaan berproduksi
ataupun juga tidak berproduksi.
2.
Biaya
Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang
berubah secara proposional dengan kuantitas volume produksi atau penjualan.
Jika kuantitas produksi naik atau bertambah maka biaya variable akan ikut bertambah sebesar perubahan kuantitas
dikalikan biaya variabel per satuan (Pracoyo,
2006).
3.
Biaya
Usaha
Biaya
usaha adalah seluruh pengeluaran dana yang diperhitungkan untuk keperluan usaha
yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Secara
matematis biaya tetap dapat dirumuskan sebagai berikut:
Biaya
Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel
|
4.
Penerimaan
Secara
umum semakin besar produksi yang dihasilkan, akan menyebabkan semakin besar
pula penerimaan atau sebaliknya. Penerimaan hasil produksi akan memberikan
keuntungan bagi peternak ayam pedaging apabila harga kontrak dari perusahaan
dan bobot ayam pedaging itu sudah memenuhi standar bobot badan yang diterima
diperusahaan. Secara matematis penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penerimaan
= Harga (price) x Total Produksi (Quantity)
|
5.
Pendapatan
Menurut
Soekartawi (2006), pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran.
Pengeluaran suatu usaha adalah nilai semua biaya yang habis dipakai atau
dikeluarkan dalam proses produksi. Pendapatan adalah penerimaan hasil penjualan
output dikurangi seluruh biaya pengeluaran. Secara matematis pendapatan usaha
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pendapatan = Penerimaan
– Total Biaya
|
2.4.2. Harga Pokok Produksi (HPP)
Soekartawi(2006) menyatakan bahwa
harga pokok produksi (HPP) adalah semua biaya yang berkaitan dengan produk yang
diperoleh, dimana didalamnya terdapat unsur biaya produk, beberapa biayabahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Tujuan perhitungan
harga pokok produksi yaitu
untuk pengendalian, untuk perencanaan dan pengukuran prestasi pelaksanaan,
untuk menetapkan harga, serta menentukan nilai persediaan. Secara matematis
perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Harga
Pokok Produksi (HPP) = 

2.4.3. Analisis
Kelayakan Usaha
Menurut Pracoyo (2006), analisis
kelayakan usaha adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang
suatu kegiatan usaha berdasarkan data-data dan informasi yang ada dengan
menggunakan metode-metode penilaian dan dengan ukuran tertentu sehingga
diketahui layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan. Rumus untuk megetahui
analisis kelayakan usaha menggunakan R/C Rasio adalah:
R/C
Rasio
|
=
|
![]() |
Kriteria
penilaian kelayakan usaha, yaitu:
a.
Jika R/C ˂ 1, maka
usaha tersebut mengalami kerugian sehingga tidak layak untuk dikembangkan.
b.
Jika R/C = 1, maka usaha tersebut tidak mengalami
keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
c.
Jika R/C ˃1, maka usaha
tersebut mengalami keuntungan, sehingga layak di kembangkan.
2.4.4. Payback Period
Rasyaf
(2004) mengatakan bahwa payback periode
merupakan jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui
keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha yang telah direncanakan. Payback period digunakan sebagai alat pertimbangan resiko
karena semakin pendek payback periodnya maka semakin pendek resiko kerugiannya.
Untuk menentukan payback period pada usaha
Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler dapat menggunakan rumus sebagai berikut
:
Payback
Period =
x
1 Bulan

2.5.
Sumber
Daya Manusia
Sumber
daya manusia adalah orang-orang yang merancang dan menghasilkan barang atau jasa, mengawasi
mutu, memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial, serta merumuskan
seluruh strategi dan tujuan organisasi. Tujuan manajemen sumber
daya manusia adalah memperbaiki kontribusi produktif orang-orang atau tenaga
kerja terhadap
organisasi atau perusahaan dengan cara yang bertanggung jawab secara strategis,
etis dan sosial.
Rasyaf (2004) menyatakan bahwa peternakan ayam ras
pedaging mempunyai kesibukan
yang temporer terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena
itu, di suatu peternakan dikenal beberapa jenis tenaga kerja, antara lain: tenaga
kerja tetap, tenaga kerja harian, dan tenaga kerja harian lepas dan kontrak. Umumnya tenaga
kerja tetap adalah staf teknis atau peternak itu sendiri, karena sifatnya sebagai
tenaga kerja atau karyawan bulanan, maka gaji mereka dimasukkan ke dalam
biaya tetap peternakan dan bukan biaya variabel. Tenaga kerja harian umumnya sebagai
tenaga kerja kasar pelaksana kandang. Sesuai kategorinya, tenaga kerja harian
dibayar harian atau sejumlah hari yang ditekuni. Pembayaran upah berdasarkan Upah Nominal dan Rill Buruh Peternakan dan
Perikanan di Indonesia yang dapat disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. IHK dan Rata-Rata Upah Per Bulan Buruh Peternakan dan Perikanan di Bawah
Mandor (Supervisor) Indonesia 2014
Tahun
|
Bulan
|
Upah Rill (000)
|
2014
|
September
|
862,2
|
Desember
|
855,6
|
Sumber: BPS
Pusat (2014).
BAB
III
METODE
PELAKSANAAN
3.1.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Usaha pemeliharaan dan pemasaran
ayam broiler akan berlangsung selama 4 bulan, sejak bulan April 2018 sampai Juli 2018. Lokasi pemeliharaan di Kampus Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
Jadwal pelaksanaan kegiatan pemeliharan dan
pemasaran ayam broiler dapat disajikan
pada Tabel 7.
No.
|
Jenis Kegiatan
|
Waktu Pelaksanaan
|
||||||||||||
Nov 2017
|
April
2018
|
Mei
2018
|
Juni
2018
|
Juli
2018
|
||||||||||
Minggu ke-
|
4
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
|
1
|
Survei Pasar
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
2
|
Persiapan
Sarana dan
Prasarana produksi
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
3
|
Pengadaan DOC
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
4
|
Pemeliharaan
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
5
|
Pemasaran
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 7. Jadwal Rencana Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
3.2. Kapasitas Produksi
Jumlah
produksi dalam proses pemeliharaan ayam broiler ini sebanyak 600 ekor dengan tingkat
mortalitas 5%. Total produksi ayam broiler selama 2 periode produksi dapat disajikan
pada Tabel 8.
Tabel
8. Total Produksi Ayam Broiler dalam
2 Periode
Uraian
|
Periode Produksi
I
|
Periode
Produksi II
|
Total
Produksi
|
300 ekor
|
300 ekor
|
Tingkat
Mortalitas
|
5%
|
5%
|
Produksi
|
285
|
285
|
3.3. Bahan Baku
Sumber bahan
baku untuk pemeliharaan ayam broiler
di peroleh
dari toko penyedia input produksi yaitu Toko Himalaya beralamat di
jalan Timor Raya Km 7. Bahan yang dibutuhkan dalam usaha pemeliharaan ayam broiler dapat disajikan pada Tabel 9.
Tabel
9. Bahan yang Dibutuhkan dalam Produksi Usaha
Pemeliharaan Ayam Broiler
No.
|
Nama Bahan
|
Jumlah Bahan
|
Keterangan
|
1
|
DOC
|
3
box
|
Bibit
ayam berjumlah 100 ekor per box
( Wonokoyo Surabaya)
|
2
|
Pakan
|
708
kg
|
Pakan
ternak ayam merk Broiler (BR 1 dan BR 2) Produksi
PT. Japfa
Cofeed Indonesia
|
3
|
Sekam padi
|
10
karung
|
Sebagai alas lantai kandang
|
4
|
Obat-obatan
dan vitamin
|
Vitachick
350 gr
Vitastres
750 gr
Neobro
750 gr
Vaksin
ND 500 ml
Antisep
250 ml
|
Sebagai
sumber vitamin dan penambah nafsu makan ayam
Anti
stres ayam
Obat
pemacu pertumbuhan ayam
Obat
pencegah penyakit dan memberikan kekebalan terhadap ayam
|
5
|
Kapur
|
5kg
|
Sterialisasi
kandang
|
6
|
Gula
|
1
kg
|
Pengembalian stamina ayam
|
7
|
Air
tangki
|
5000
Liter
|
Sebagai air minum dan untuk mencuci
peralatan
|
8
|
Detergen
(rinso)
|
1
kg
|
Untuk membersihkan tempat makan dan minum ayam
|
9
|
Tali
raffia
|
1
roll sedang
|
Untuk mengikat ayam pada saat pemasaran
(distribusi)
|
Sumber : Data Diolah (2018).
3.4. Manajemen Pemeliharaan
Manajemen Pemeliharaan
ayam broiler dalam kegiatan usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler
yaitu:
1.
Persiapan Kandang
a)
Kandang
yang di pakai untuk usaha ini yaitu type kandang semi permanen, dengan ukuran
luas kandang yaitu panjang 10 m dan lebar 7 m untuk 300 ekor ayam.
b)
Persiapan
kandang dilakukan 1 (satu) atau 2 (dua) minggu sebelum DOC tiba . yang harus
dilakukan antara lain membersihkan lantai dan dinding kandang, halaman kandang,
dan sekitarnya. Setelah itu, lantai dan dinding kandang serta peralatan dicuci
seperti tempat makan dan tempat minum.
c)
Setelah
itu dilakukan pengapuran kandang, untuk membunuh kuman penyakit yang masih
tersisa setelah pencucian kandang. Kemudian kandang di sterilkan dengan
menggunakan antiseptik, dengan perbandingan sesuai dengan anjuran pada label
produk.
d) Pembuatan brooder, berbentuk lingkaran
dengan ukuran diameter 2,5 m dan tinggi 50 cm, yang terbuat dari seng licin.
e)
Penempatan
alas liter berupa sekam padi, dilakukan sehari sebelum DOC tiba, setebal 5 cm.
pemasangan tempat makan dan minum serta pemasangan lampu pemanas dan lampu
penerang, dilakukan setelah penempatan alas liter, dan dilakukan minimal sehari
sebelum DOC tiba.
2.
Pemasukan Day Old Chick (DOC)
Kegiatan
pertama yang harus dilakukan ketika DOC datang adalah memperhatikan DOC secara
keseluruhan baik kualitas maupun kuantitasnya. Hal-hal yang harus diperhatikan
pada saat DOC datang adalah sebagai berikut; 1) bebas dari penyakit dan tidak
cacat; 2) DOC terlihat aktif; 3) bulu penuh dan bersih; 4) dubur bersih atau
tidak terdapat pasta; dan 5) berat DOC >37 gram.
Pemberian air
gula dengan perbandingan 100 gr gula dicampur dengan air putih 20 liter untuk
300 ekor anak ayam. Anak ayam dapat diberi
makan setelah selesai minum, makanan yang diberikan harus secara bertahap. Hal
ini dilakukan untuk menghindari makanan yang tumpah akibat berebutan makanan.
Tahapanya yaitu diberikan pada pagi, siang dan sore hari dengan catatan anak
ayam sudah diberi minum
3.
Kegiatan Pemeliharaan
a)
Pengaturan
kestabilan suhu dalam kandang (suhu pemanas), dilakukan dengan memperhatikan
tingkah laku anak ayam. Apabila anak ayam menyebar ke seluruh ruangan chick
guard, maka lampu pemanas dapat diatur agak jauh dari anak ayam. Akan tetapi
apabila anak ayam berkerumun pada satu tempat, maka lampu pemanas dapat diatur
lebih dekat dengan anak ayam. Hal ini harus diawasi dan diperhatikan karena
anak ayam pada umur 1-14 hari, membutuhkan “kehangatan” seakan-akan berada
dibawah sayap induknya.
b)
Pemberian
air minum pada hari ke-2 dan ke-3, dapat dicampurkan atau ditambahkan dengan
Vitachick dan Neubro.
c)
Pada
hari ke-4, dilakukan vaksinasi ND untuk menghindari penyakit Tatelo ND guna
menyambung pembentukan kekebalan didalam tubuh ayam.
d)
Pemberian ransum dan
air minum secara rutin selama masa pemeliharaan sampai ayam habis terjual
dengan memperhatikan dosis pada setiap fase pertumbuhan. Porsi pemberian pakan
kepada 300 ekor ayam dapat disajikan pada Tabel 10.
Tabel
10. Porsi Pemberian Makan Ayam Broiler jenis BR 1 dan BR 2
Umur (Hari)
|
Kebutuhan Pakan
|
Bobot Badan (gram)
|
||
Gram/Ekor/Hari
|
Gram/300 Ekor/Hari
|
Gram/300Ekor/Minggu
|
||
1-7
|
17
|
5.100
|
35.700
|
146
|
8-14
|
43
|
12.900
|
90.300
|
360
|
15-21
|
66
|
19.800
|
138.600
|
652
|
21-28
|
91
|
27.300
|
191.100
|
1.025
|
28-35
|
120
|
36.000
|
252.000
|
1.460
|
Jumlah
|
707.700
|
|
Sumber: Data Diolah (2018).
Porsi pemberian air minum pada 300 ekor
ayam dapat disajikan pada Tabel 11 berikut.
Tabel
11. Porsi Air Minum Ayam Broiler
Umur
(Hari)
|
Kebutuhan
Air
|
||
Liter/Ekor/Hari
|
Liter/300 Ekor/Hari
|
Liter/300Ekor/Minggu
|
|
1-7
|
0.034
|
10.2
|
71.4
|
8-14
|
0.098
|
29.4
|
205.8
|
15-21
|
0.197
|
59.1
|
413.7
|
21-28
|
0.273
|
81.9
|
573.3
|
Jumlah
|
1.264.2
|
Sumber: Data Diolah (2018).
Berdasarkan Tabel 9, jumlah kebutuhan pakan yang diperlukan untuk pemeliharaan
300 ekor ayam membutuhkan pakan sebanyak 707.700 gram atau 707,7 kg. Dari porsi
pemberian pakan tersebut maka rata-rata bobot badan yang akan dihasilkan adalah
1.200-1.600 gram per ekor atau rata-rata bobot badan yang
diperoleh sebesar 1400 gram per ekor. Sehingga dari 300 ekor ayam tersebut total bobot berat
yang diperoleh sebesar 420.000 gram. Dapat diperhitungkan konversi pemberian pakan dengan bobot ayam
yang akan dihasilkan yaitu:
FCR =

=1,7
Artinya bahwa tubuh ayam sudah semakin efisien dalam
mengolah pakan menjadi daging apabila penggunaan pakan 1,7 kg sudah dapat menghasilkan bobot ayam sebesar 1
kg.
e)
Penanganan Kesehatan
Memberikan vitamin dan obat-obatan
sesuai dengan program dan kondisi ayam. Melakukan sanitasi dan kebersihan
setiap hari. Kegiatan penanganan kesehatan yang dilakukan antara lain pemberian
vaksin ND IB pada hari ke-4 melalui tetes mata, vaksin gumboro pada hari ke-12
melalui air minum dan vaksin ND lasota pada hari ke-18 melalui air minum.
f)
Pencatatan dan Pengorganisasian
Pencatatan
dilakukan sejak DOC datang. Laporan tersebut memuat tentang jumlah ayam yang
mati, jumlah porsi pemberian pakan dan minum, obat-obatan dan vaksin, bobot
badan ayam serta jadwal pemberian pakan
dan minum pada ayam setiap fase. Pencatatan dilakukan pada buku catatan
sedangkan jadwal dan porsi pemberian pakan di tempelkan pada dinding kandang. Beberapa tugas yang
harus dilakukan pada saat proses pemeliharaan, yaitu :
1. Membuat perencanaan jadwal
penerimaan DOC, persiapan kandang dan peralatannya, menghitung kebutuhan DOC,
pakan, obat-obatan, vaksin dan menentukan target prestasi yang akan dicapai.
2. Membuat laporan produksi harian yaitu perkembangan
ayam, tingkat kematian serta pemakaian pakan, obat-obatan serta vaksin.
3. Mengontrol segala aktifitas karyawan kandang,
mengarahkan, dan memberikan bimbingan teknis produksi ayam.
4. Membuat rencana jadwal panen dan membuat laporan
mengenai keadaan ayam, berat badan dan umur.
5. Membuat laporan akhir produksi serta rincian per
kandang dan mencatat tingkat kematian, jumlah konsumsi pakan, berat ayam ketika
dipanen, umur ayam ketika dipanen, serta jumlah pemakaian obat-obatan, dan
vaksin.
g)
Pemanenan
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan
pada saat pemanenan adalah sebagai berikut; 1) menggantung tempat pakan dan
minum; 2) penangkapan dilakukan dengan hati-hati; 3) menyekat kandang yang akan
dipanen; 4) pemanenan dilakukan dengan menghabiskan dalam satu sekat tanpa
memilih; 5) mencatat hasil penimbangan dan jumlah ayam; dan 6) meletakan ayam pada
kenderaan yang digunakan.
BAB IV
ASPEK
PEMASARAN
4.1. Wilayah Pemasaran dan Pasar
Sasaran
Wilayah
pemasaran untuk usaha ayam broiler, produknya
akan di pasarkan di wilayah Kelurahan Lasiana, Kota Kupang. Pasar sasarannya yaitu, pengecer yang berasal dari pasar-pasar di
Kota Kupang dan konsumen individual.
4.2. Strategi
Pemasaran
Strategi pemasaran
usaha ternak ayam broiler terdiri
atas:
a.
Strategi Harga (price)
Strategi dalam penetapan harga jual
ayam broiler didasarkan pada
pertimbangan biaya dan harga pesaing dengan produk yang sama. Berdasarkan biaya
usaha, harga jual ditentukan dengan menghitung harga pokok produk
ditambah
dengan tingkat keuntungan tertentu yang dikehendaki. Harga jual yang diberikan untuk pembelian ayam secara eceran
adalah Rp 35.000
per ekor.
b. Strategi
Promosi
Strategi
promosi yang akan digunakan dalam usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler
ini adalah melalui media sosial (grup jual beli barang).
c.
Strategi Distribusi (place)
Strategi distribusi pada usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler ini terdiri atas dua cara: Secara langsung, yaitu dari produsen langsung ke
tangan konsumen; dan Secara tidak langsung, yaitu dari produsen melalui pedagang
pedagang pengecer.
BAB V
ASPEK
KEUANGAN
5.1. Modal
Sumber
modal yang digunakan untuk kegiatan usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler
ini yaitu milik sendiri.
5.2. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan
keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan proses usaha. Jika seluruh biaya produksi sudah dapat
diperhitungkan dengan baik maka keadaan harga persatuan produksi akan mudah
untuk diperhitungkan. Ada dua jenis biaya yang digunakan untuk perhitungan
usaha, yaitu biaya tetap dan biaya variabel yang
disatukan menjadi biaya produksi mengingat usaha ini hanya dalam jangka pendek.
Biaya produksi dalam kegiatan usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler 2
periode produksi dapat disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Biaya Produksi
Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
|
||||||
No.
|
Uraian
|
Satuan
|
Jumlah
|
Harga/
Satuan
(Rp)
|
Periode Produksi
I
|
Periode Produksi
II
|
1
|
Sewa kandang dan peralatan
|
unit
|
1
|
50.000
|
50.000
|
50.000
|
2
|
Biaya tenaga kerja
|
orang
|
1
|
850.000
|
850.000
|
850.000
|
3
|
Bola lampu
|
buah
|
6
|
12.000
|
72.000
|
-
|
4
|
Kabel bening
|
meter
|
5
|
4.500
|
22.500
|
-
|
5
|
DOC
|
Box
|
3
|
750.000
|
2.250.000
|
2.250.000
|
6
|
Pakan:
·
BR 1
·
BR 2
|
Kg
Kg
|
126
582
|
7.300
7.200
|
919.800
4.190.400
|
919.800
4.190.400
|
7
|
Neobro
|
Gram
|
750
|
25.000
|
75.000
|
75.000
|
8
|
Vita
stress
|
Gram
|
750
|
15.000
|
45.000
|
45.000
|
9
|
Vita
chicks
|
Gram
|
750
|
10.000
|
30.000
|
30.000
|
10
|
Gula
pasir
|
Kg
|
1
|
15.000
|
15.000
|
15.000
|
11
|
Kapur
Dolomit
|
Kg
|
5
|
2000
|
10.000
|
10.000
|
12
|
Vaksin
ND
|
Ml
|
500
|
35.000
|
70.000
|
70.000
|
13
|
Air
|
L
|
5000
|
75.000
|
75.000
|
-
|
14
|
Detergen
|
Kg
|
1
|
15.000
|
15.000
|
15.000
|
15
|
Koran
|
Kg
|
1
|
5.000
|
5.000
|
5.000
|
16
|
Sekam
padi
|
Karung
|
10
|
2500
|
25.000
|
25.000
|
17
|
Tali
raffia
|
Rol
|
1
|
10.000
|
10.000
|
-
|
18
|
Transportasi
|
|
|
100.000
|
100.000
|
100.000
|
Total Biaya
|
8.834.700
|
8.650.200
|
Sumber: Data Diolah
(2018).
Data di atas menunjukkan total biaya biaya
pakan pada periode produksi pertama dan kedua
mencapai Rp 5.110.200 atau 57% dari total
biaya produksi. Hal ini mendorong Penulis untuk
mengatur manajemen pakan secara tepat.
5.3. Harga
Pokok Produksi (HPP)
Harga
Pokok Produksi dalam usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler 2 periode produksi dapat disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Harga Pokok
Produksi Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
Uraian
|
Periode Produksi
I
|
Periode Produksi
II
|
Total Biaya
|
Rp 8.834.700
|
Rp 8.650.200
|
Total Produksi
|
285
|
285
|
Harga Pokok Produksi
|
Rp 30.998
|
Rp 30.351
|
Sumber: Data
Diolah (2018).
Artinya bahwa dalam usaha pemeliharaan
dan pemasaran 300 ekor ayam broiler
pada periode 1 memiliki harga pokok produksi sebesar Rp
30.998 per ekor dan Rp 30.351 per ekor pada periode 2.
5.4. Harga Jual
Harga jual ayam broiler dalam usaha ini
dapat disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Harga Jual Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
Uraian
|
Periode Produksi I
|
Periode Produksi II
|
HPP
|
Rp 30.998
|
Rp 30.351
|
% Mark Up
|
13%
|
15%
|
Harga Jual
|
Rp 35.000
|
35.000
|
Sumber:
Data Diolah (2018).
5.5. Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan dan pendapatan usaha dapat disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran
Ayam Broiler
Uraian
|
Periode Produksi
I
|
Periode Produksi
II
|
Harga Jual
|
Rp 35.000
|
Rp 35.000
|
Jumlah
Produksi
|
285
|
285
|
Penerimaan
|
Rp 9.975.000
|
Rp 9.975.000
|
Total
Biaya
|
Rp 8.834.700
|
Rp 8.650.200
|
Pendapatan
|
Rp 1.140.300
|
Rp 1.324.800
|
Sumber:
Data Diolah (2018).
5.6. Analisis Kelayakan Usaha
Usaha
pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler akan
dapat dilanjutkan apabila pengusaha dapat mengetahui apakah usaha yang
dilakukan layak untuk tetap dijalankan atau tidak. Didalam usaha ini untuk
mengetahui kelayakan usaha maka digunakan analisis R/C Ratio dengan
perhitungannya dapat disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Analisis R/C Ratio Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
Uraian
|
Periode Produksi
I
|
Periode Produksi
II
|
Total
Penerimaan
|
Rp 9.975.000
|
Rp 9.975.000
|
Total
Biaya
|
Rp 8.834.700
|
Rp 8.650.200
|
R/C Ratio
|
1,13
|
1,15
|
Sumber:
Data Diolah (2018).
Berdasarkan hasil perhitungan
analisis kelayakan diatas maka usaha tersebut layak untuk tetap dilanjutkan.
5.7. Payback Period
Jangka waktu pengembalian modal
untuk usaha pemeliharaan dan pemasaran ayambroiler
dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Payback Period Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
Uraian
|
Periode 1
|
Periode 2
|
Total Biaya
|
Rp 8.834.700
|
Rp 8.650.200
|
Pendapatan
|
Rp 1.140.300
|
Rp 1.324.800
|
Payback Periode
|
7,7
|
6,5
|
Sumber: Data Diolah (2018).
Hasil perhitungan diatas menunjukan
bahwa usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler dapat mengembalikan modal
usaha dengan rata-rata periode produksi sebanyak 7,1 periode produksi.
BAB
VI
ASPEK
SUMBER DAYA MANUSIA
Umumnya tenaga kerja
tetap adalah staf teknis atau peternak itu sendiri, karena sifatnya sebagai
tenaga kerja atau karyawan bulanan, maka gaji mereka dimasukkan ke dalam
biaya tetap peternakan dan bukan biaya variabel. Tenaga kerja harian umumnya sebagai
tenaga kerja kasar pelaksana kandang. Sesuai kategorinya, tenaga kerja harian
dibayar harian atau sejumlah hari yang ditekuni. Sedangkan tenaga kerja harian
lepas dan kontrak bekerja hanya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan setelah
itu tidak ada ikatan lagi.
Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha
pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler ini adalah 1 orang tenaga kerja tetap. Pemberian upah tenaga kerja diperhitungkan berdasarkan upah buruh peternakan dan perikanan nasional yaitu Rp
855.000 per bulan. Dalam usaha pemeliharaan ini
penulis sendiri sebagi pengusaha sekaligus tenaga kerja dalam pelaksanaannya.
Hal ini dipertimbangkan berdasarkan kapasitas produksi yang hanya bisa diatasi
pekerjaannya oleh 1 tenaga kerja. Rincian pekerjaan dalam pemeliharaan dan
pemasaran ayam broiler dapat disajikan pada Tabel
20.
Tabel
20.
Rincian Kerja Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
No.
|
Uraian Kerja
|
|
1.
|
Persiapan kandang, peralatan dan bahan pendukung
|
|
2.
|
Pemeliharaan
|
|
3.
|
Pemberian
vaksinasi
|
|
4.
|
Pemasaran
|
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin,
Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kota
Kupang dalam Angka.
Fadillah, R. 2004.
Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Gitosudarmo.
2014. Manajemen Pemasaran. Edisi ke III. BPFE, Yogyakarta.
Kotler,
Philiph G. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Penerbit PT. Indeks, Jakarta
Stanton,
W. J. 1996. Prinsip Pemasaran. Erlangga, Jakarta.
Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo. 2006.
Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.
Rasyaf, M. 2002.
Manajemen Peternakan Ayam Broiler. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf,
M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf,
2012. Panduan Beternak Ayam Pedaging. PT. Penebar Swadaya, Jakarta
Simamora, Bilson. 2001. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan
Profitable. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tobing, V. 2004.
Beternak Ayam Broiler Bebas Antibiotika; Murah dan Bebas Residu. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Wahyu, J. 2004.
Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar