Selasa, 12 Februari 2019

Business Plan Ayam Broiler Manajemen Agribisnis Th 2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang
           Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam  jantan dan betina muda yang berumur 5 sampai 6 minggu. Ayam broiler juga memiliki bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dan timbunan daging yang baik dan banyak (Rasyaf, 2012). Sedangkan menurut Siregar (2005) menyebut ayam broiler adalah ayam muda yang berumur kurang dari 8 minggu, daging lembut, empuk, dan gurih dengan bobot hidup berkisar antara 1,5-2,0 kg per ekor.
           Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan masyarakat. Data menunjukan konsumsi daging ayam broiler dari tahun2011-2015 terus mengalami peningkatan. Produksi dan konsumsi ayam broiler dari tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsumsi dan Produksi Ayam Broiler di Kota Kupang
No.
Tahun
Konsumsi Ayam Broiler
(Ekor)
Produksi Ayam Broiler (Kg)
1
2011
144.186
-
2
2012
144.256
-
3
2013
144.241
-
4
2014
144.226
145.023
5
2015
145.075
3.210.747
Sumber: Data BPS Kota Kupang (2018).
           Berdasarakan hasil survey usaha pemeliharaan ayam broiler di Kota Kupang telah lama dilaksanakan baik dalam skala rumah tangga yang pemeliharaannya berkisar antara 200-500 ekor per bulan. Disamping itu ada juga pemeliharaan yang bekerja sama dengan pihak mitra yaitu berkisar dari 1000-3000 ekor per periode. Hasil survey harga jual ayam broiler ditingkat peternak di Daerah Penfui, Oesapa, dan Oeba berkisar antara Rp 16.000 - Rp 20.000 per kg, bahkan meningkat sampai Rp 30.000 per kg pada hari raya keagamaan.
            Hasil analisis SWOT dapat disimpulkan beberapa startegi yang dapat diterapkan dalam usaha ini, yaitu: 1) mempertahankan kualitas produk dengan melakukan manajemen pemeliharaan dalam setiap fase; 2) menerapkan kebijakan  harga yang bersaing dengan harga pesaing; 3) menerapkan sistem pengawasan  ekstra yang dalam setiap fase pemeliharaan; 4) meningkatkan pengembangan sumber daya manusia; 5) membina hubungan baik dengan pengecer, dengan pelayanan yang ramah serta adanya diskon padapembelian tertentu; 6) melakukan strategi promosi yang dapat meningkatkan penjualan, misalnya penyebaran produk melalui media sosial; dan 7) melakukan  hubungan kerja sama yang baik  antar sesama pengusaha.
Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis berminat untuk melakukan usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler.
1.2.      Tujuan
Adapun tujuan dari rencana usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler ini, yaitu:
1.        Mahasiswa mampu menyusun rencana usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler.
2.        Mahasiswa mampu menganalisa biaya usaha pemasaran ayam broiler.
2.3.               Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan rencana usaha ini adalah:
1.         Sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan rencana usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler.
2.         Sebagai pedoman dalam pelaksanaaan Tugas Akhir


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Pengertian dan Karakteristik Ayam Broiler
Ayam broiler atau disebut juga ayam ras pedaging adalah jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktifitas tinggi, terutama dalam memproduksi ayam broiler. Broiler adalah ayam jantan atau betina berwarna putih yang umumnya dipanen pada umur 5 sampai 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging terbaik (Rasyaf, 2012). Ayam broiler merupakan ayam hasil rekayasa genetika yang memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, temperamen tenang serta konversi pakan yang efisien (Murtidjo, 1987). Ayam broiler merupakan bagian dari pertanian secara umum dan merupakan benda waktu produksi maka perputaran modal akan menjadi lebih cepat (Rasyaf, 2002).
2.2.      Persiapan Sarana dan Prasarana
2.2.1.   Sarana
            Rasyaf (2002) menyatakan usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler dalam prosesnya membutuhkan suatu manajemen yang baik sehingga peternak bisa terhindar dari resiko kegagalan dalam bisnis.
1.      Lokasi Kandang
Berikut beberapa poin yang biasa dijadikan sebagai penuntun praktis dalam menentukkan lokasi peternakan.
a.       Lokasi kandang peternakan ayam pedaging sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan, atau dipilih tempat yang sunyi. Selain disukai oleh ayam, lokasi dengan kondisi demikian juga tidak mengganggu pemukiman penduduk. Untuk itulah di beberapa daerah sudah ada peraturan daerah (perda) mengenai hal ini agar tidak terjadi konflik dikemudian hari. Hal ini karena seperti kebanyakan unggas lainnya. Ayam juga menghendaki suasana yang tenang agar tidak mudah terkejut dan stres.
b.   Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran. Perlu diketahui bahwa ayam broiler yang masih muda sangat peka/tidak tahan terhadap beban transportasi yang berat.
c.       Lokasi yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari penggusuran
2.      Kapasitas Kandang
Kapasitas kandang yang ideal untuk daerah tropis adalah 8-10 ekor/ dengan tinggi kandang kandang 2,25-2,5 m. Apabila lebih dari angka tersebut, suhu kandang akan cepat meningkat terutama pada siang hari, sehingga berakibat pada konsumsi pakan ayam menurun, ayam cenderung banyak minum, stres, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit, kondisi ini terjadi terutama pada ayam ras pedaging dewasa. Pada umur 0-1 minggu populasi ayam mencapai 40-50 ekor per m², pada umur 2 minggu populasi ayam berkurang menjadi 20-25 ekor per m² dan umur ayam lebih dari 2 minggu populasi ayam adalah 8-12 ekor per m².
3.      Bentuk Kandang
Pemilihan model kandang disesuaikan dengan umur ayam, umur 0-2 minggu atau 1 bulan memakai kandang indukan, untuk ayam remaja dengan umur 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang indukan yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa. Ada beberapa tipe kandang ayam broiler anatar lain: 1) tipe panggung, tanpa alas kandang, kotoran langsung jatuh ke tanah; 2) tipe panggung, dengan menggunakan alas litter; dan 3) tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah.
4.      Bahan Kandang
Bahan kandang disesuaikan dengan kemampuan modal usahatani, tetapi pada prinsipnya sebaiknya berasal dari bahan yang murah tetapi kuat serta mudah diperoleh di sekitar lokasi peternakan, misalnya atap dari daun rumbia dan bangunan kandang dari kayu rempesan, kayu gelam atau dari bambu.
5.      Dinding kandang
Dinding kandang adalah bagian tepi atau batas dari kandang. Dinding berfungsi sebagai pengaman dan menghalangi atau mengurung ayam yang berada di dalamnya. Pada umumnya kandang ayam di Indonesia berdinding terbuka atau semi terbuka, maka dinding tersebut dibuat dari bilah-bilah bambu atau kayu, kawat kasa. Khusus dinding bagian bawah atau alas dinding setinggi 30 cm dibuat dari batu bata yang diplester atau dari papan kayu. Dengan demikian secara fisik bilah-bilah bambu, atau kawat kasa akan membuat cahaya dan lintasan udara dari luar tidak banyak terhalang, sehingga ruangan kandang bisa memperoleh terang yang merata dan keadaan udara segar dengan jarak antar bilah bambu 5 cm.
6.      Suhu udara dalam kandang
Awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Suhu atau temperatur ideal kandang ayam broiler berkisar antara 32-35 0C. Sedangkan suhu ideal kandang sesuai umur dapat disajikan pada Tabel 2.
Umur Ayam (Hari)
Suhu Ideal (0C)
1 – 7
34 – 32
8 – 14
29 – 27
15 – 21
26 – 25
22 – 28
24 – 23
29 – 35
23 – 21
Tabel 2. Suhu Ideal Kandang Sesuai Umur
Sumber: Rasyaf, M (2004).
2.2.2.   Prasarana
            Prasarana produksi yang dibutuhkan dalam budidaya ayam broiler meliputi aspek-aspek berikut:
a.       Alas kandang (litter)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Bahan Litter kandang dapat menggunakan sekam padi atau serbuk gergaji dicampur dengan sedikit pasir dan kapur pertanian, ketebalan litter disesuaikan dengan umur ayam yaitu kurang lebih 3-10 cm. Pada ayam umur 2 minggu pertama tebal litter 3 cm dan minggu selanjutnya tebal litter 5-10 cm.
b.      Indukan atau brooder
Indukan atau brooder adalah kandang khusus anak sampai umur 2 minggu dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas. Untuk bisa mengetahui suhu indukan secara tepat perlu ada termometer yang dipasang di dalam indukan. Akan tetapi demi praktisnya, guna mengetahui keadaan panas yang baik ini, para peternak cukup mengawasi tingkah laku atau penyebaran anak ayam yang berada dalam indukan. Sebab, apabila: (a) suhu dalam indukan terlalu dingin, maka ayamakan berkumpul dan berjejal-jejal mendekati sumber pemanas; (b) suhu indukan memadai atau dalam keadaan baik, maka ayam tadi akan tersebar merata dan aktif mencari makan; dan (c) suhu indukan terlalu panas, maka ayam akan menjauhi sumber pemanas dan mereka akan mendekati, berhimpit dibagian tepi indukan.
c.       Tempat pakan dan minum
Tempat pakan dan minum dapat dibeli dari toko penyedia sarana produksi peternakan (poultry shop) atau membuat sendiri dari bahan yang mudah diperoleh di lokasi peternakan seperti bambu, alumunium, plastik, dan sebagainya.
            Fadillah (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha peternakan ayam ras pedaging adalah bibit ayam, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin, dan vitamin serta bahan penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar, dengan rincian berikut:
1.      Bibit ayam
Ada beberapa ciri bibit ayam ras pedaging berkualitas, yaitu : (a) anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit; (b) berasal dari induk yang matang umur; (c) anak ayam terlihat aktif, mata cerah dan lincah; (d) anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi; (e) bulu cerah, tidak kusam dan penuh; (f) anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih; (g) keadaan tubuh ayam normal; dan (h) berat anak ayam sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 g per ekor. Adapun keuntungan yang diperoleh apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas dan morbiditas yang rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan, dan keuntungan yang diperoleh akan baik (Rasyaf, 2004).
2.      Pakan
Rasyaf (2004), pakan ayam ras pedaging terdiri dari tiga bentuk, yaitu : a) mash atau tepung, biasanya diberikan kurang dari dua minggu; b) crumble atau butiran halus, diberikan untuk ayam ras pedaging saat masa awal sampai masa pertumbuhan; dan c) Pellet, pakan untuk ayam ras pedaging masa awal 2 atau 3 minggu digunakan pellet starter dan pakan untuk ayam ras pedaging masa akhir (4 minggu) digunakan pellet finisher. Kandungan zat makanan dalam pakan dari PT. Japfa Confeed Indonesia bentuk BR1 dab BR2 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial
Zat Makanan
BR 1
BR 2
Kadar Air (Max)%
12
12
Protein Kasar (Min) %
21
19
Serat Kasar (mak) %
4,5
4,5
Lemak Kasar (Min) %
4
4
Ca (%)
0,9-1,1
0,9-1,1
P (%)
0,9
0,7
Cocciostat
+
+
Antibiotika
+
+
Sumber: PT. Japfa Konfeed Indonesia Tbk (2018).
Deskripsi pakan BR 1 yaitu; 1) Pemakaian umur 0-21 hari; 2) perkembangan seluruh organ; 3) mempercepat pertumbuhan; 4) menghasilkan FCR terbaik; 5) tempatkan pakan diatas palet kayu yang kering, dingin, dan berventilasi baik; dan 6) hindari pakan yang bercampur dengan bahan baku pakan lain dengan bahan kimia. Sedangkan untuk pakan jenis BR 2 yaitu ; 1) pemakaian umur 22 hari-panen; 2) menghasilkan FCR terbaik; 3) memacu pertambahan bobot ayam; 4) menghasilkan karkas yang berimbang; dan 5) hindari pakan yang bercampur dengan bahan baku lain  dan bahan kimia.  
Porsi pemberian makan dan minum ayam broiler dapat disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Porsi Pemberian Pakan dan Minum pada Ayam Broiler
Umur (Hari)
Kebutuhan Pakan
Gram/Ekor/Hari
Kebutuhan Air Minum
Liter/Ekor/Hari

10º c
21º c
32º c
37º c
1-7
17
0.03
0.03
0.034
0.038
8-14
43
0.045
0.061
0.98
0.182
15-21
66
0.072
0.095
0.197
0.360
21-28
91
0.098
0.133
0.273
0.492
29-35
120
0.133
0.174
0.356
0.644
Sumber : Fadillah (2005).
Tabel 5. Alokasi Pemberian Ransum Sepanjang Hari bagi Ayam Broiler yang Dipelihara di Daerah Panas
Umur (Minggu)
Bobot Badan Rata-Rata (G)
Kebutuhan Ransum Per Minggu (G)
Jumlah (G) Pemberian pada Jam 6.00-8.00
Jumlah(G) Pemberian pada Jam 14.00-6.00
1
146
133
26.6
106,4
2
360
282
56,4
225,6
3
652
467
93,4
373,6
4
1025
673
134,6
538,4
5
1460
849
169,8
679,2
6
1915
1071
214,2
856,8
7
2362
1181
236,2
944,8
8
2792
1299
259,8
1039,2
Sedangkan alokasi pemberian ransum pada daerah panas dapat disajikan pada Tabel 5.
Sumber : Rasyaf, M (2002).               
3.    Konversi Pakan
Menurut Wahyu (2004), konversi pakan atau Feed Convertion Ransum (FCR) adalah suatu ukuran yang menyatakan ratio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ayam. Semakin kecil angka FCR maka penggunaan pakan semakin efisien untuk memperoleh bobot badan yang akan dicapai. Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun kualitas ransum. Konversi ransum ayam yang baik berkisar dari 1,46-1,51. Hal tersebut menunjukan bahwa penambahan sejumlah pakan dapat menghasilkan penambahan bobot ayam dengan proporsi yang lebih besar.
Rumus untuk menghitung FCR adalah :
FCR            =
4.   Obat-obatan, Vaksin dan Vitamin
Antibiotika adalah jens obat-obatan yang merupakan bahan kimia, dihasilkan dari bakteri, yang berfungsi mencegah datangnya penyakit dan sebagai pemacu pertumbuhan ayam (Fadillah, 2004). Adapun cara penggunaan obat-obatan yaitu melaui air minum, pakan dan suntikan. Abidin (2002) menyatakan bahwa untuk lebih meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama penyakit yang disebabkan virus perlu dilakukan vaksinasi. Vaksinasi adalah proses memasukkan bibit penyakit yang sudah mati (disebut vaksinasi pasif) atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan (disebut vaksinasi aktif) ke dalam tubuh ayam, baik melalui injeksi (suntikan), campuran air minum, maupun tetes mata. Pada peternakan ayam ras pedaging, jenis vaksin yang sering dipakai hanya New Castle Disease (ND) atau tetelo dan gumboro ( Fadillah, 2004). Vitamin adalah susunan kompleks zat organik yang dibutuhkan hewan untuk pertumbuhan normal, produksi, reproduksi, dan kesehatan. Dalam program tatalaksana pemeliharaan ayam ras pedaging digunakan vitamin C (pada umumnya berbentuk serbuk dan cairan), yang biasanya diberikan setelah vaksinasi dan digunakan sebagai suplemen atau bahan tambahan pada air minum ayam (Tobing, 2004).
5.   Bahan Penunjang
Menurut Fadillah (2004), sekam berperan penting dalam pemeliharaan ayam ras pedaging, terutama ayam yang dipelihara di dalam kandang postal (sistem liter). Sekam berfungsi sebagai tempat tidur, tempat istirahat, dan tempat beraktivitas ayam serta tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam. Sekam harus selalu dijaga agar tetap kering, tidak basah dan menggumpal.
2.3.      Pemasaran
2.3.1.   Pengertian Pemasaran
            Pemasaran adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memperoleh kuntungan dari kepuasan konsumen tersebut yang menyangkut perencanaan pengendalian terhadap aliran barang dari produsen dan konsumen (Gitosudarmo, 2014).
2.3.2.      Wilayah Pemasaran dan Pasar Sasaran
            Gitosudarmo (2014) menyatakan bahwa wilayah pemasaran merupakan pemilihan suatu tempat yang menjadi sasaran dalam memasarkan suatu produk. Pasar sasaran adalah sekelompok pembeli yang mempunyai sifat-sifat yang sama yang mempunyai pasar itu berdiri sendiri.
2.3.2.   Fungsi Pemasaran
            Menurut Gitosudarmo (2014) fungsi pemasaran dibagi menjadi 3 yaitu:
1.         Fungsi Pertukaran
Dengan pemasaran pembeli dapatmembeli produk dari produsen baik dengan menukar uang dengan produk maupun produk dengan produk (barter) untuk dipakai sendiri atau untuk dijual kembali.
2.         Fungsi Distribusi Fisik
Distribusi suatu produk dilakukan dengan cara mengangkut serta menyimpan produk. Produk diangkut dari produsen mendekati kebutuhan konsumen dengan banyak cara, baik melalui air, darat dan udara. Penyimpanan produk mengedepankan upaya menjaga pasokan produk agar tidak kekurangan saat dibutuhkan.
3.         Fungsi Perantara
Untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke konsumen dapat dilakukan melalui perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas pertukaran dengan distribusi fisik. Aktivitas fungsi pemasaran antara lain, penggunaan resiko, pembiayaan, pencarian informasi serta standarisasi dan penggolongan (klasifikasi) produk.
2.3.3.   Strategi Pemasaran
            Strategi pemasaran adalah  suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada  pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Kotler, 1997).
a.    Strategi Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Produk mencakup objek fisik, pelayanan, orang, tempat, organisasi, dan gagasan (Kotler,1997).
b.    Strategi Harga
Harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukar oleh konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Menurut Bilson (2001), harga memberikan dampak ekonomis dan psikologis, dimana dampak ekonomisnya berkaitan dengan daya beli, sebab harga merupakan biaya (cost) bagi pembeli. Semakin tinggi harga, semakin sedikit produk yang dapat dibeli konsumen dan semakin rendah harga, semakin banyak produk yang dapat dibeli konsumen.
c.    Strategi Promosi
Promosi adalah suatu komunikasi pemasaran, artinya aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan.
d.   Strategi Distribusi
Keputusan distribusi berkaitan dengan kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial. Menurut Kotler (1997), menyatakan bahwa tempat yang menarik bagi konsumen adalah tempat yang paling strategis, menyenangkan, dan efisien. Memilih lokasi dekat dengan pelanggan perlu untuk mempertahankan daya saing. Selain faktor kedekatan dengan pelanggan, faktor kenyamanan juga hendaknya diperhatikan. Strategi distribusi ini digunakan untuk memperlancar proses pemasaran. Distribusi yang digunakan adalah secara langsung (produsen langsung menjual produknya kepada konsumen) dan distribusi tidak langsung (produsen menjual produknya melalui pedagang perantara atau pedagang pengecer).
Distribusi langsung:
Produsen                            konsumen
Distribusi tidak langsung: 
Produsen                                      Pedagang pengecer                   konsumen
2.4.      Aspek Keuangan
2.4.1.   Modal, Penerimaan, dan Pendapatan
Pada dasarnya terdapat 2 (dua) kelompok modal yang menjadi sumber dana bagi perusahaan, yaitu modal asing/luar dan modal sendiri. Modal asing/luar adalah modal yang diperoleh perusahaan dari pinjaman-pinjaman, yang akan dioperasikan perusahaan dalam waktu tertentu saja, karena harus dikembalikan dengan disertai bunga, sedangkan modal sendiri adalah modal yang dimasukan oleh para pemilik perusahaan, yang seterusnya akan dioperasikan perusahaan selama masih berjalan (Pracoyo 2006).Modal usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler adalah modal milik sendiri. Modal tersebut selanjutnya dipergunakan untuk membiayai usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler, meliputi:
1.      Biaya Tetap
Menurut Pracoyo (2006) biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang sifatnya tetap, dalam rangka operasional perusahaan dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya ini timbul pada saat perusahaan berproduksi ataupun juga tidak berproduksi.

2.      Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proposional dengan kuantitas volume produksi atau penjualan. Jika kuantitas produksi naik atau bertambah maka biaya variable akan ikut bertambah sebesar perubahan kuantitas dikalikan biaya variabel per satuan (Pracoyo, 2006).
3.      Biaya Usaha
Biaya usaha adalah seluruh pengeluaran dana yang diperhitungkan untuk keperluan usaha yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Secara matematis biaya tetap dapat dirumuskan sebagai berikut:
Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel
4.      Penerimaan
Secara umum semakin besar produksi yang dihasilkan, akan menyebabkan semakin besar pula penerimaan atau sebaliknya. Penerimaan hasil produksi akan memberikan keuntungan bagi peternak ayam pedaging apabila harga kontrak dari perusahaan dan bobot ayam pedaging itu sudah memenuhi standar bobot badan yang diterima diperusahaan. Secara matematis penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penerimaan = Harga (price) x Total Produksi (Quantity)
5.      Pendapatan
Menurut Soekartawi (2006), pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran suatu usaha adalah nilai semua biaya yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam proses produksi. Pendapatan adalah penerimaan hasil penjualan output dikurangi seluruh biaya pengeluaran. Secara matematis pendapatan usaha dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pendapatan = Penerimaan – Total Biaya

2.4.2.   Harga Pokok Produksi (HPP)
            Soekartawi(2006) menyatakan bahwa harga pokok produksi (HPP) adalah semua biaya yang berkaitan dengan produk yang diperoleh, dimana didalamnya terdapat unsur biaya produk, beberapa biayabahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Tujuan perhitungan harga pokok produksi yaitu untuk pengendalian, untuk perencanaan dan pengukuran prestasi pelaksanaan, untuk menetapkan harga, serta menentukan nilai persediaan. Secara matematis perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Harga Pokok Produksi (HPP) =
2.4.3.   Analisis Kelayakan Usaha
            Menurut Pracoyo (2006), analisis kelayakan usaha adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan usaha berdasarkan data-data dan informasi yang ada dengan menggunakan metode-metode penilaian dan dengan ukuran tertentu sehingga diketahui layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan. Rumus untuk megetahui analisis kelayakan usaha menggunakan R/C Rasio adalah:
R/C Rasio
=
Kriteria penilaian kelayakan usaha, yaitu:
a.         Jika R/C ˂ 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian sehingga tidak layak untuk dikembangkan.
b.        Jika  R/C = 1, maka usaha tersebut tidak mengalami keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
c.         Jika R/C ˃1, maka usaha tersebut mengalami keuntungan, sehingga layak di kembangkan.
2.4.4.   Payback Period
            Rasyaf (2004) mengatakan bahwa payback periode merupakan jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha yang telah direncanakan. Payback period digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya maka semakin pendek resiko kerugiannya. Untuk menentukan payback period pada usaha Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Payback Period = x 1 Bulan
2.5.            Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah orang-orang yang merancang dan menghasilkan barang atau jasa, mengawasi mutu, memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial, serta merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi. Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah memperbaiki kontribusi produktif orang-orang atau tenaga kerja terhadap organisasi atau perusahaan dengan cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis dan sosial.
            Rasyaf (2004) menyatakan bahwa peternakan ayam ras pedaging mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu, di suatu peternakan dikenal beberapa jenis tenaga kerja, antara lain: tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, dan tenaga kerja harian lepas dan kontrak. Umumnya tenaga kerja tetap adalah staf teknis atau peternak itu sendiri, karena sifatnya sebagai tenaga kerja atau karyawan bulanan, maka gaji mereka dimasukkan ke dalam biaya tetap peternakan dan bukan biaya variabel. Tenaga kerja harian umumnya sebagai tenaga kerja kasar pelaksana kandang. Sesuai kategorinya, tenaga kerja harian dibayar harian atau sejumlah hari yang ditekuni. Pembayaran upah berdasarkan Upah Nominal dan Rill Buruh Peternakan dan Perikanan di Indonesia yang dapat disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. IHK dan Rata-Rata Upah Per Bulan Buruh Peternakan dan Perikanan di Bawah Mandor (Supervisor) Indonesia 2014
Tahun
Bulan
Upah Rill (000)
2014
September
862,2
Desember
855,6
Sumber: BPS Pusat (2014).


BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1.      Waktu dan Tempat Pelaksanaan
            Usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler akan berlangsung selama 4 bulan, sejak  bulan April 2018 sampai Juli 2018. Lokasi pemeliharaan di Kampus Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Jadwal pelaksanaan kegiatan pemeliharan dan pemasaran ayam broiler dapat disajikan pada Tabel 7.
No.
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Nov 2017
April
2018
Mei
2018
Juni
2018
Juli
2018
Minggu ke-
4
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
1
 Survei Pasar













2
Persiapan Sarana     dan Prasarana  produksi













3
Pengadaan DOC













4
Pemeliharaan













5
Pemasaran













Tabel 7. Jadwal Rencana Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler

3.2.   Kapasitas Produksi
         Jumlah produksi dalam proses pemeliharaan ayam broiler ini sebanyak 600 ekor dengan tingkat mortalitas 5%. Total produksi ayam broiler selama 2 periode produksi  dapat disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Total Produksi Ayam Broiler dalam 2 Periode
Uraian
Periode Produksi I
Periode Produksi II
Total Produksi
300 ekor
300 ekor
Tingkat Mortalitas
5%
5%
Produksi
285
285



3.3.     Bahan Baku
Sumber bahan baku untuk pemeliharaan ayam broiler di peroleh dari toko penyedia input produksi yaitu Toko Himalaya beralamat di jalan Timor Raya Km 7. Bahan yang dibutuhkan dalam usaha pemeliharaan ayam broiler dapat disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Bahan yang Dibutuhkan dalam Produksi Usaha Pemeliharaan Ayam  Broiler
No.
Nama Bahan
Jumlah Bahan
Keterangan
1
DOC
3 box
Bibit ayam berjumlah 100 ekor per box ( Wonokoyo Surabaya)
2
Pakan
708 kg
Pakan ternak ayam merk Broiler (BR 1 dan BR 2) Produksi PT. Japfa Cofeed Indonesia
3
Sekam padi  
10 karung
Sebagai alas lantai kandang
4
Obat-obatan dan vitamin
Vitachick 350 gr

Vitastres 750 gr
Neobro 750 gr

Vaksin ND 500 ml
Antisep 250 ml
Sebagai sumber vitamin dan penambah nafsu makan ayam
Anti stres ayam
Obat pemacu pertumbuhan ayam
Obat pencegah penyakit dan memberikan kekebalan terhadap ayam
5
Kapur
5kg
Sterialisasi kandang
6
Gula
1 kg
Pengembalian stamina ayam
7
Air tangki

5000 Liter
Sebagai air minum dan untuk mencuci peralatan
8
Detergen (rinso)

1 kg
Untuk membersihkan tempat makan dan minum ayam
9
Tali raffia
1 roll sedang
Untuk mengikat ayam pada saat pemasaran (distribusi)
Sumber : Data Diolah (2018).
3.4.   Manajemen Pemeliharaan
         Manajemen Pemeliharaan ayam broiler dalam kegiatan usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler yaitu:
1.        Persiapan Kandang
a)        Kandang yang di pakai untuk usaha ini yaitu type kandang semi permanen, dengan ukuran luas kandang yaitu panjang 10 m dan lebar 7 m untuk 300 ekor ayam.
b)        Persiapan kandang dilakukan 1 (satu) atau 2 (dua) minggu sebelum DOC tiba . yang harus dilakukan antara lain membersihkan lantai dan dinding kandang, halaman kandang, dan sekitarnya. Setelah itu, lantai dan dinding kandang serta peralatan dicuci seperti tempat makan dan tempat minum.
c)        Setelah itu dilakukan pengapuran kandang, untuk membunuh kuman penyakit yang masih tersisa setelah pencucian kandang. Kemudian kandang di sterilkan dengan menggunakan antiseptik, dengan perbandingan sesuai dengan anjuran pada label produk.
d)       Pembuatan brooder, berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 2,5 m dan tinggi 50 cm, yang terbuat dari seng licin.
e)        Penempatan alas liter berupa sekam padi, dilakukan sehari sebelum DOC tiba, setebal 5 cm. pemasangan tempat makan dan minum serta pemasangan lampu pemanas dan lampu penerang, dilakukan setelah penempatan alas liter, dan dilakukan minimal sehari sebelum DOC tiba.
2.        Pemasukan Day Old Chick (DOC)
Kegiatan pertama yang harus dilakukan ketika DOC datang adalah memperhatikan DOC secara keseluruhan baik kualitas maupun kuantitasnya. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat DOC datang adalah sebagai berikut; 1) bebas dari penyakit dan tidak cacat; 2) DOC terlihat aktif; 3) bulu penuh dan bersih; 4) dubur bersih atau tidak terdapat pasta; dan 5) berat DOC >37 gram.
Pemberian air gula dengan perbandingan 100 gr gula dicampur dengan air putih 20 liter untuk 300 ekor anak ayam. Anak ayam dapat diberi makan setelah selesai minum, makanan yang diberikan harus secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk menghindari makanan yang tumpah akibat berebutan makanan. Tahapanya yaitu diberikan pada pagi, siang dan sore hari dengan catatan anak ayam sudah diberi minum
3.        Kegiatan Pemeliharaan
a)    Pengaturan kestabilan suhu dalam kandang (suhu pemanas), dilakukan dengan memperhatikan tingkah laku anak ayam. Apabila anak ayam menyebar ke seluruh ruangan chick guard, maka lampu pemanas dapat diatur agak jauh dari anak ayam. Akan tetapi apabila anak ayam berkerumun pada satu tempat, maka lampu pemanas dapat diatur lebih dekat dengan anak ayam. Hal ini harus diawasi dan diperhatikan karena anak ayam pada umur 1-14 hari, membutuhkan “kehangatan” seakan-akan berada dibawah sayap induknya.
b)    Pemberian air minum pada hari ke-2 dan ke-3, dapat dicampurkan atau ditambahkan dengan Vitachick dan Neubro.
c)    Pada hari ke-4, dilakukan vaksinasi ND untuk menghindari penyakit Tatelo ND guna menyambung pembentukan kekebalan didalam tubuh ayam.
d)   Pemberian ransum dan air minum secara rutin selama masa pemeliharaan sampai ayam habis terjual dengan memperhatikan dosis pada setiap fase pertumbuhan. Porsi pemberian pakan kepada 300 ekor ayam dapat disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Porsi Pemberian Makan Ayam Broiler jenis BR 1 dan BR 2
Umur (Hari)
Kebutuhan Pakan
Bobot Badan (gram)
Gram/Ekor/Hari
Gram/300 Ekor/Hari
Gram/300Ekor/Minggu
1-7
17
5.100
35.700
146
8-14
43
12.900
90.300
360
15-21
66
19.800
138.600
652
21-28
91
27.300
191.100
1.025
28-35
120
36.000
252.000
1.460
Jumlah
707.700

Sumber: Data Diolah (2018).
Porsi pemberian air minum pada 300 ekor ayam dapat disajikan pada Tabel 11 berikut.





              Tabel 11. Porsi Air Minum Ayam Broiler      
Umur (Hari)
Kebutuhan Air
Liter/Ekor/Hari
Liter/300 Ekor/Hari
Liter/300Ekor/Minggu
1-7
0.034
10.2
71.4
8-14
0.098
29.4
205.8
15-21
0.197
59.1
413.7
21-28
0.273
81.9
573.3
Jumlah
1.264.2
            Sumber: Data Diolah (2018).
Berdasarkan Tabel 9, jumlah kebutuhan pakan yang diperlukan untuk pemeliharaan 300 ekor ayam membutuhkan pakan sebanyak 707.700 gram atau 707,7 kg. Dari porsi pemberian pakan tersebut maka rata-rata bobot badan yang akan dihasilkan adalah 1.200-1.600 gram per ekor atau rata-rata bobot badan yang diperoleh sebesar 1400 gram per ekor. Sehingga dari 300 ekor ayam tersebut total bobot berat yang diperoleh sebesar 420.000 gram. Dapat diperhitungkan konversi pemberian pakan dengan bobot ayam yang akan dihasilkan yaitu:
FCR     =
                    =1,7
Artinya bahwa tubuh ayam sudah semakin efisien dalam mengolah pakan menjadi daging apabila penggunaan pakan 1,7 kg sudah dapat menghasilkan bobot ayam sebesar 1 kg.
e)        Penanganan Kesehatan
Memberikan vitamin dan obat-obatan sesuai dengan program dan kondisi ayam. Melakukan sanitasi dan kebersihan setiap hari. Kegiatan penanganan kesehatan yang dilakukan antara lain pemberian vaksin ND IB pada hari ke-4 melalui tetes mata, vaksin gumboro pada hari ke-12 melalui air minum dan vaksin ND lasota pada hari ke-18 melalui air minum.


f)    Pencatatan dan Pengorganisasian
Pencatatan dilakukan sejak DOC datang. Laporan tersebut memuat tentang jumlah ayam yang mati, jumlah porsi pemberian pakan dan minum, obat-obatan dan vaksin, bobot badan ayam serta jadwal  pemberian pakan dan minum pada ayam setiap fase. Pencatatan dilakukan pada buku catatan sedangkan jadwal dan porsi pemberian pakan di tempelkan pada dinding kandang. Beberapa tugas yang harus dilakukan pada saat proses pemeliharaan, yaitu :
1.    Membuat perencanaan jadwal penerimaan DOC, persiapan kandang dan peralatannya, menghitung kebutuhan DOC, pakan, obat-obatan, vaksin dan menentukan target prestasi yang akan dicapai.
2.    Membuat laporan produksi harian yaitu perkembangan ayam, tingkat kematian serta pemakaian pakan, obat-obatan serta vaksin.
3.    Mengontrol segala aktifitas karyawan kandang, mengarahkan, dan memberikan bimbingan teknis produksi ayam.
4.    Membuat rencana jadwal panen dan membuat laporan mengenai keadaan ayam, berat badan dan umur.
5.    Membuat laporan akhir produksi serta rincian per kandang dan mencatat tingkat kematian, jumlah konsumsi pakan, berat ayam ketika dipanen, umur ayam ketika dipanen, serta jumlah pemakaian obat-obatan, dan vaksin.
g)        Pemanenan
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan pada saat pemanenan adalah sebagai berikut; 1) menggantung tempat pakan dan minum; 2) penangkapan dilakukan dengan hati-hati; 3) menyekat kandang yang akan dipanen; 4) pemanenan dilakukan dengan menghabiskan dalam satu sekat tanpa memilih; 5) mencatat hasil penimbangan dan jumlah ayam; dan 6) meletakan ayam pada kenderaan yang digunakan.
BAB IV
ASPEK PEMASARAN

4.1.      Wilayah Pemasaran dan Pasar Sasaran
Wilayah pemasaran untuk usaha ayam broiler, produknya akan di pasarkan di wilayah Kelurahan Lasiana, Kota Kupang. Pasar sasarannya yaitu, pengecer yang berasal dari pasar-pasar di Kota Kupang dan konsumen individual.
4.2.      Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran usaha ternak ayam broiler terdiri atas:
a.       Strategi Harga (price)
Strategi dalam penetapan harga jual ayam broiler didasarkan pada pertimbangan biaya dan harga pesaing dengan produk yang sama. Berdasarkan biaya usaha, harga jual ditentukan dengan menghitung harga pokok produk ditambah dengan tingkat keuntungan tertentu yang dikehendaki. Harga jual yang diberikan untuk pembelian ayam secara eceran adalah Rp 35.000 per ekor.
b.       Strategi Promosi
Strategi promosi yang akan digunakan dalam usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler ini adalah melalui media sosial (grup jual beli barang).
c.       Strategi Distribusi (place)
Strategi distribusi pada usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler      ini terdiri atas dua cara: Secara langsung, yaitu dari produsen langsung ke tangan konsumen; dan Secara tidak langsung, yaitu dari produsen melalui pedagang pedagang pengecer.





BAB V
ASPEK KEUANGAN

5.1.     Modal
           Sumber modal yang digunakan untuk kegiatan usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler ini yaitu milik sendiri.
5.2.     Biaya Produksi
           Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan proses usaha.  Jika seluruh biaya produksi sudah dapat diperhitungkan dengan baik maka keadaan harga persatuan produksi akan mudah untuk diperhitungkan. Ada dua jenis biaya yang digunakan untuk perhitungan usaha, yaitu biaya tetap dan biaya variabel yang disatukan menjadi biaya produksi mengingat usaha ini hanya dalam jangka pendek. Biaya produksi dalam kegiatan usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler 2 periode produksi dapat disajikan pada Tabel 12.














Tabel 12. Biaya Produksi Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
No.
Uraian
Satuan
Jumlah
Harga/
Satuan
(Rp)
Periode Produksi I
Periode Produksi II
1
Sewa kandang dan peralatan
unit
1
50.000
50.000
50.000
2
Biaya tenaga kerja
orang
1
850.000
850.000
850.000
3
Bola lampu
buah
6
12.000
72.000
-
4
Kabel bening
meter
5
4.500
22.500
-
5
DOC
Box
3
750.000
2.250.000
2.250.000
6
Pakan:
·         BR 1
·         BR 2

Kg
Kg

126
582

7.300
7.200

919.800
4.190.400

919.800
4.190.400
7
Neobro
Gram
750
25.000
75.000
75.000
8
Vita stress
Gram
750
15.000
45.000
45.000
9
Vita chicks
Gram
750
10.000
30.000
30.000
10
Gula pasir
Kg
1
15.000
15.000
15.000
11
Kapur Dolomit
Kg
5
2000
10.000
10.000
12
Vaksin ND
Ml
500
35.000
70.000
70.000
13
Air
L
5000
75.000
75.000
-
14
Detergen
Kg
1
15.000
15.000
15.000
15
Koran
Kg
1
5.000
5.000
5.000
16
Sekam padi
Karung
10
2500
25.000
25.000
17
Tali raffia
Rol
1
10.000
10.000
-
18
Transportasi


100.000
100.000
100.000
Total Biaya
8.834.700
8.650.200

Sumber: Data Diolah (2018).
Data di atas menunjukkan total biaya biaya pakan pada periode produksi pertama dan kedua mencapai Rp 5.110.200 atau 57% dari total biaya produksi. Hal ini mendorong Penulis untuk mengatur manajemen pakan secara tepat.
5.3.      Harga Pokok Produksi (HPP)
            Harga Pokok Produksi dalam usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler 2 periode produksi dapat disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Harga Pokok Produksi Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
Uraian
Periode Produksi I
Periode Produksi II
Total Biaya
Rp 8.834.700
Rp 8.650.200
Total Produksi
285
285
Harga Pokok Produksi
Rp 30.998
Rp 30.351
Sumber: Data Diolah (2018).
Artinya bahwa dalam usaha pemeliharaan dan pemasaran 300 ekor ayam broiler pada periode 1 memiliki harga pokok produksi sebesar Rp 30.998 per ekor dan Rp 30.351 per ekor pada periode 2.
5.4.      Harga Jual
Harga jual ayam broiler dalam usaha ini dapat disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Harga Jual Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
Uraian
Periode Produksi I
Periode Produksi II
HPP
Rp 30.998
Rp 30.351  
%  Mark Up
13%
15%
Harga Jual
Rp 35.000
35.000
Sumber: Data Diolah (2018).
5.5.      Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan dan pendapatan usaha dapat disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran
Ayam Broiler
Uraian
Periode Produksi I
Periode Produksi II
Harga Jual
Rp 35.000
Rp 35.000
Jumlah Produksi
285
285
Penerimaan
Rp 9.975.000
Rp 9.975.000
Total Biaya
Rp 8.834.700
Rp 8.650.200
Pendapatan
Rp 1.140.300
Rp 1.324.800
Sumber: Data Diolah (2018).
5.6.      Analisis Kelayakan Usaha
            Usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler akan dapat dilanjutkan apabila pengusaha dapat mengetahui apakah usaha yang dilakukan layak untuk tetap dijalankan atau tidak. Didalam usaha ini untuk mengetahui kelayakan usaha maka digunakan analisis R/C Ratio dengan perhitungannya dapat disajikan pada Tabel 18.


Tabel 18. Analisis R/C Ratio Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
Uraian
Periode Produksi I
Periode Produksi II
Total Penerimaan
Rp 9.975.000
Rp 9.975.000
Total Biaya
Rp 8.834.700
Rp 8.650.200
R/C Ratio
1,13
1,15
Sumber: Data Diolah (2018). 
            Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan diatas maka usaha tersebut layak untuk tetap dilanjutkan.
5.7.      Payback Period
Jangka waktu pengembalian modal untuk usaha pemeliharaan dan pemasaran ayambroiler dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Payback Period Usaha Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
Uraian
Periode 1
Periode 2
Total Biaya
Rp 8.834.700
Rp 8.650.200
Pendapatan
Rp 1.140.300
Rp 1.324.800
Payback Periode
7,7
6,5
Sumber: Data Diolah (2018).
            Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler dapat mengembalikan modal usaha dengan rata-rata periode produksi sebanyak 7,1 periode produksi.









BAB VI
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA

          Umumnya tenaga kerja tetap adalah staf teknis atau peternak itu sendiri, karena sifatnya sebagai tenaga kerja atau karyawan bulanan, maka gaji mereka dimasukkan ke dalam biaya tetap peternakan dan bukan biaya variabel. Tenaga kerja harian umumnya sebagai tenaga kerja kasar pelaksana kandang. Sesuai kategorinya, tenaga kerja harian dibayar harian atau sejumlah hari yang ditekuni. Sedangkan tenaga kerja harian lepas dan kontrak bekerja hanya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan setelah itu tidak ada ikatan lagi.
Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler ini adalah 1 orang tenaga kerja tetap. Pemberian upah tenaga kerja diperhitungkan berdasarkan upah buruh peternakan dan perikanan nasional yaitu Rp 855.000 per bulan. Dalam usaha pemeliharaan ini penulis sendiri sebagi pengusaha sekaligus tenaga kerja dalam pelaksanaannya. Hal ini dipertimbangkan berdasarkan kapasitas produksi yang hanya bisa diatasi pekerjaannya oleh 1 tenaga kerja. Rincian pekerjaan dalam pemeliharaan dan pemasaran ayam broiler dapat disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Rincian Kerja Pemeliharaan dan Pemasaran Ayam Broiler
No.
Uraian Kerja


1.
Persiapan kandang, peralatan dan bahan pendukung

2.
Pemeliharaan

3.
Pemberian vaksinasi

4.
Pemasaran







DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kota Kupang dalam Angka.
Fadillah, R. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Gitosudarmo. 2014. Manajemen Pemasaran. Edisi ke III. BPFE, Yogyakarta.
Kotler, Philiph G. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Penerbit PT. Indeks, Jakarta
Stanton, W. J. 1996. Prinsip Pemasaran. Erlangga, Jakarta.
Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.
Rasyaf, M. 2002. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, 2012. Panduan Beternak Ayam Pedaging. PT. Penebar Swadaya, Jakarta
Simamora, Bilson. 2001. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitable. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tobing, V. 2004. Beternak Ayam Broiler Bebas Antibiotika; Murah dan Bebas Residu. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar